Wednesday, January 06, 2021

API

 


Apa yang menjadi apimu?

Yang membuat hidupmu bergairah, nyaman dalam menjalaninya, dan bisa jadi adalah tujuan hidup.

Dulu apiku adalah ibu.
Saat aku belum paham tujuan hidup dan masih kanak-kanak. Tujuan hidupku ya hanya menghabiskan waktu bersama sosok yang memberi asi kepadaku sampai umur 4 tahun, dan membiarkanku nyaman menetek meski tanpa susu sampai umur 5 tahun.

Lalu apiku itu padam saat belum genap 10 tahun. Aku patah, dunia yang sebelumnya berwarna orange mendadak jadi biru tua. Lalu aku mulai meraba-raba. Mencari lagi api hidup. Api yang akan menjadi bara sampai waktuku habis dan meredup. Lalu Api itu kurasakan muncul dari setiap senyum orang yang kutemui. Aku nyaman melihat orang tersenyum dan membalas senyumku.

Terpikir aku harus bisa membuat orang tersenyum.

Lalu aku berusaha berbuat baik agar orang lain tersenyum.
Aku sudah muak dengan kesedihan akibat ibu yang mendadak pergi.

Hanya ingin bisa tersenyum. setidaknya untuk diri sendiri, syukur-syukur bisa mengajak orang lain.
Awalnya itu muncul tanpa sadar. Dari pilihan-pilihan hobi yang muncul.

Kebetulan aku suka menggambar. Mungkin dipengaruhi kakakku yang lebih dulu eksis menggambar kartun. Kakakku mengirim gambar kartunnya ke beberapa media cetak kala itu,tahun 80an akhir sampai tahun 90an. Dan lumayan bisa untuk bertahan hidup.

Akupun mengikutinya. Lebih ke upaya membuat orang tertawa, setidaknya tersenyum. Honor ya tetep perlu, sebagai tambahan uang saku.

Seiring waktu, pilihan hidup pun mengarah ke visual.
Menggambar, membuat kartun dan komik. Dari SMA/SMSR sampai kuliah di ISI. Meski belum dengan kesadaran saat ini. Aku suka menggambar, melucu lewat gambar tepatnya.
Dengan lelucon atau satir. Tidak langsung tertawa, mikir dulu. Aku suka lukisan dengan muatan satir imajinatif, macam lukisan Sudjono Kerton, JokoPekik, Marc Chagall, dan Picasso. Melihat bentuk-bentuk kubis karya Picasso itu sebuah satir anatomi yangmenggelikan.
Juga imajinasi Marc Chagall yang liar. Dari figure-figur kubisme Picasso kukembangkan karakter kartun dan komik, dari Marc Chagall kuambil cara dia membuat komposisi gaya lukis untuk menghasilkan visual yang bisa jadi untuk ilustrasi, kartun dan komik,yang kuharap jadi gaya ciri khasku.

Memaknai hal lucu pun berkembang seiring pengetahuan yang diasup kepala.
Menterjemahkan lucu sebagai proses mentertawakan fenomena yang pernah dialami dan sudah terlewat dalam hidup, lalu saat diingat menjadi hal yang menggelitik dan menimbulkan tawa, bahkan dari sepahit apapun pengalamannya salah satunya.

Lalu lahir karya satir yang bisa jadi terkesan gelap, tetapi ada sesuatu yang menggelitik  dan membuat tertawa meski sambil misuh-misuh.

Kemudian memanfaatkan medium senirupa/ komik sebagai media curhat yang harapannya bisa melapangkan hati dan menerbitkan senyuman. Kupraktekkan di penjara anak-anak Tangerang dari tahun 2005-2010 secara intens. Kemudian ke penjara-penjara lain sampai tahun 2016.

Aku menulis ini tentu ada penyebabnya. Sepagi tadi bersama istri kita melihat film animasi Disney berjudul “Soul”. Film tentang jiwa-jiwa yang diturunkan untuk bertemu raga dan menuntun takdirnya. Dikemas dalam cerita yang ringan dan lucu
Lebih jelasnya silahkan tonton sendiri di Disney+ (bukan maksud ngiklan ya)

Film yang memantik tulisan ini. Juga sebagai catatan awal tahun yang akan kuposting di rahmanseblat.blogspot.com
mau ngeblog lagi ceritanya.

Memulai dengan catatan yang semoga reflektif untukku sendiri. Semakin paham dengan tujuan hidup dan menjaga api, yang ternyata adalah senyuman.

Dari situ semua bermula, dan hidup dijalani sampai waktunya redup dan mati