Itu yang selalu meluncur
dari bibir istriku, kala aku kelupaan kuci, baik kunci kamar ataupun kunci
motor.
“Sleder”.
Silakan cari sendiri
artinya.
Bisa minta bantuan google, bing atau yang lain.
Tapi yang ku tau, sleder itu searti dengan ceroboh, tidak teliti, pelupa atau gegabah.
Bisa minta bantuan google, bing atau yang lain.
Tapi yang ku tau, sleder itu searti dengan ceroboh, tidak teliti, pelupa atau gegabah.
Perilaku sleder
sering terjadi saat bangun tidur, saat lagi lembur, saat kerjaan menumpuk dan
bingung mau mulai dari mana, atau saat panik setelah kehilangan sesuatu, atau
melakukan kesalahan yang tidak perlu.
Sleder juga muncul saat menghadapi masalah justru sedang dengan istriku.
Aku jadi gugup dan tidak konsentrasi.
Saat sendiri aku justru bisa berhenti sejenak. Menenangkan diri, ambil nafas, lalu menata pikiran sehingga keslederanku lumayan terkendali,
Sleder juga muncul saat menghadapi masalah justru sedang dengan istriku.
Aku jadi gugup dan tidak konsentrasi.
Saat sendiri aku justru bisa berhenti sejenak. Menenangkan diri, ambil nafas, lalu menata pikiran sehingga keslederanku lumayan terkendali,
Bisa jadi sleder
itu perwujudan dari rasa gugup karena ingin tampil sempurna atau mendekati
sempurna.
Sleder lalu menjadi
bagian yang penting bagiku.
Saat pagi, dimana aku rutin mengantar istri ke depan, setelah semalaman lembur menggambar, lalu aku lupa naruh kunci, mulut istriku pasti berteriak “dasar slederr!”
Saat harus mengunci pintu kamar, karena beberapa kali banda kami lenyap dicolong maling kecil yang suka menyusup, lalu sesampai dipinggir jalan aku baru sadar lupa mengunci pintu klamar, saat itu kontan istriku menggeram “Sleder meneh!”
Saat pagi, dimana aku rutin mengantar istri ke depan, setelah semalaman lembur menggambar, lalu aku lupa naruh kunci, mulut istriku pasti berteriak “dasar slederr!”
Saat harus mengunci pintu kamar, karena beberapa kali banda kami lenyap dicolong maling kecil yang suka menyusup, lalu sesampai dipinggir jalan aku baru sadar lupa mengunci pintu klamar, saat itu kontan istriku menggeram “Sleder meneh!”
Lalu sleder jadi
kebiasaan.
Menjadi teman kopi pagiku.
Menjadi sarapan pengganti lontong sayur.
Menjadi musik pagi yang iramanya meruntuhkan ritme grunge.
Menjadi teman kopi pagiku.
Menjadi sarapan pengganti lontong sayur.
Menjadi musik pagi yang iramanya meruntuhkan ritme grunge.
Jangan-jangan malah, sleder
itu menjadi kuncian yang tak terasa tertancap di otak.
Atau mungkin menjadi mantra diam-diam yang kurapal saat aku sedang tidak nyaman.
Akupun sempat curiga, ya curiga... Sleder ini kode iluminasi yang sengaja diciptakan untuk meneror keimananku dari para wahyudian di luar sana...
Nah... Mulai lebay kan...
Atau mungkin menjadi mantra diam-diam yang kurapal saat aku sedang tidak nyaman.
Akupun sempat curiga, ya curiga... Sleder ini kode iluminasi yang sengaja diciptakan untuk meneror keimananku dari para wahyudian di luar sana...
Nah... Mulai lebay kan...
Tetapi memang, sleder jadinya seperti jangkar yang diberi seorang pakar hypno terapi kepadaku, agar saat aku panik, lalu
tanpa sadar kuaktifkan jangkar itu.
Meski kadang-kadang, sleder kurasa-rasakan menjadi ambigu di dalam di otakku.
Ia bisa membuat tidak
nyaman saat terlontar dari bibir pedas istriku,
tapi juga bisa menjadi ektasi penenang rasa, saat kurapal diam-diam, saat
harus bertahan dari kepanikan.
Ah.. Sleder.. Sleder.. .
Yang pasti saat ini di bibirku ada sebatang rokok yang tak kunjung menyala karena aku kelupaan dimana menaruh korek api.
Yang pasti saat ini di bibirku ada sebatang rokok yang tak kunjung menyala karena aku kelupaan dimana menaruh korek api.
@seblat | depok | 02-02-14
No comments:
Post a Comment