Sunday, February 02, 2014

SLEDER

Itu yang selalu meluncur dari bibir istriku, kala aku kelupaan kuci, baik kunci kamar ataupun kunci motor.
Sleder”.
Silakan cari sendiri artinya.
 Bisa minta bantuan google, bing atau yang lain.
Tapi yang ku tau, sleder itu searti dengan ceroboh, tidak teliti, pelupa atau gegabah.

Perilaku sleder sering terjadi saat bangun tidur, saat lagi lembur, saat kerjaan menumpuk dan bingung mau mulai dari mana, atau saat panik setelah kehilangan sesuatu, atau melakukan kesalahan yang tidak perlu.

Sleder juga muncul saat menghadapi masalah justru sedang dengan istriku.
Aku jadi gugup dan tidak konsentrasi.

Saat sendiri aku justru bisa berhenti sejenak. Menenangkan diri, ambil nafas, lalu menata pikiran sehingga keslederanku lumayan terkendali,

Bisa jadi sleder itu perwujudan dari rasa gugup karena ingin tampil sempurna atau mendekati sempurna.

Sleder lalu menjadi bagian yang penting bagiku.
Saat pagi, dimana aku rutin mengantar istri ke depan, setelah semalaman lembur menggambar, lalu aku lupa naruh kunci, mulut istriku pasti berteriak “dasar slederr!”

Saat harus mengunci pintu kamar, karena beberapa kali banda kami lenyap dicolong maling kecil yang suka menyusup, lalu sesampai dipinggir jalan aku baru sadar lupa mengunci pintu klamar, saat itu kontan istriku menggeram “Sleder meneh!”

Lalu sleder jadi kebiasaan.
Menjadi teman kopi pagiku.
Menjadi sarapan pengganti lontong sayur.
Menjadi musik pagi yang iramanya meruntuhkan ritme grunge.

Jangan-jangan malah, sleder itu menjadi kuncian yang tak terasa tertancap di otak.
Atau  mungkin menjadi mantra diam-diam yang kurapal saat aku sedang tidak nyaman.

Akupun sempat curiga, ya curiga...  Sleder ini kode iluminasi yang sengaja diciptakan untuk meneror keimananku dari para wahyudian di luar sana...

Nah... Mulai lebay kan...

Tetapi memang, sleder jadinya  seperti jangkar yang diberi seorang pakar hypno terapi kepadaku, agar saat aku panik, lalu tanpa sadar kuaktifkan jangkar itu.

Meski kadang-kadang, sleder kurasa-rasakan menjadi ambigu di dalam di otakku.
Ia bisa membuat tidak nyaman saat terlontar dari bibir pedas istriku,  tapi juga bisa menjadi ektasi  penenang rasa, saat kurapal diam-diam, saat harus bertahan dari kepanikan.

Ah.. Sleder.. Sleder.. .
Yang pasti saat ini di bibirku ada sebatang rokok yang tak kunjung menyala karena aku kelupaan dimana menaruh korek api.


@seblat | depok | 02-02-14

No comments:

Post a Comment